Antara Simpati dan Kajian Holistik: Melihat Konflik Israel-Palestina dari Berbagai Sudut Pandang

Ditulis oleh: Luna Atmowijoyo

Rumah dan bangunan hancur akibat serangan Israel di Kota Gaza, 10 Oktober 2023. (REUTERS/Mohammed Salem)

 

Serangan Israel ke Palestina telah menarik perhatian dunia. Setidaknya 10.000 orang Palestina, termasuk lebih dari 4.100 anak-anak, telah tewas, dan lebih dari 2.300 orang dinyatakan hilang atau diyakini terkubur di bawah reruntuhan bangunan yang hancur (Jobain et al., 2023),. Tidak hanya itu, hal ini juga meningkatkan kesadaran masyarakat global terhadap okupasi yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina sejak tahun 1967 (Amnesty International, 2021b).

Saya pertama kali menyadari mengenai konflik Palestina dan Israel ketika duduk di sekolah dasar. Dibesarkan di keluarga besar muslim yang cukup taat membuat saya mendapat banyak informasi dari orang tua mengenai keadaan muslim secara global. Sejak kecil, mereka selalu menekankan kejahatan Israel sebagai manifestasi dari firman Tuhan mengenai Yahudi. Sejak itulah ketertarikan atas konflik ini dan simpati kepada Palestina yang digambarkan ditindas oleh Israel semakin meningkat.

Kebencian orang tua terhadap Yahudi begitu kuat. Ketika SMA, ayah bertanya “Apabila ada Yahudi berdiri di depan kamu, apakah kamu berani untuk mengambil nyawanya?” Saya menjawab, “Iya, berani,” karena diajarkan bahwa Yahudi adalah sekelompok orang jahat yang selalu menzalimi saudara-saudara seiman saya.

Tiga belas tahun kemudian, ketika menemukan jalan hidup yang tidak lagi sejalan dengan keyakinan orang tua, saya kembali mempertanyakan hal-hal yang selama ini dipercayai. Salah satunya adalah tentang konflik Israel-Palestina. Membaca dari berbagai sisi, saya membuka diri terhadap pandangan lain tentang konflik ini. Selain itu, hal ini juga dilakukan dalam upaya membebaskan diri dari bias pengalaman dan pengaruh lingkungan seumur hidup.

Sebagian yang mendukung Israel menyatakan bahwa Israel berhak penuh atas tanah Palestina karena berhasil merebutnya dengan perang. Mereka yang sudah dikalahkan harus berani menerima konsekuensi kekalahan mereka. Mereka juga menganggap orang Palestina sebagai muslim yang mengidap mentalitas gerombolan (mob mentality), bersifat barbar, tertinggal, dan bodoh. Bagi mereka, Hamas adalah alasan yang benar bagi Israel untuk mengokupasi dan menganeksasi wilayah Palestina. Mereka juga kecewa ketika melihat kondisi Gaza yang tidak seburuk yang mereka bayangkan. Bagi mereka, wilayah yang diduduki seharusnya miskin, tidak terawat, dan carut marut.

Kedua posisi di atas adalah posisi ekstrem yang tidak dapat melihat konflik secara objektif. Konflik Israel-Palestina adalah konflik yang cukup kompleks namun sangat mungkin dibedah untuk kita lihat lebih dalam dan menentukan posisi. Kita tidak harus selalu mendukung atau menentang salah satu pihak.

Ambil contoh penyerangan Hamas pada tanggal 7 Oktober 2023 lalu yang memakan 1.200 korban jiwa dari pihak Israel (Reuters, 2023b). Penyerangan warga sipil merupakan kejahatan perang menurut International Humanitarian Law, atau Hukum Humaniter Internasional, yang mengatur pertikaian bersenjata. Oleh karena itu, penting untuk menunjukkan simpati kita terhadap korban sipil yang jatuh. Dalam konflik apa pun, warga sipil adalah warga yang seharusnya dilindungi dan tidak seharusnya terkena dampak peperangan. Hal ini juga penting dilakukan untuk menunjukkan ketidaksetujuan atas narasi antisemitisme yang jamak terjadi di Indonesia.

Namun, penting pula untuk melihat konflik ini secara holistik. Sekretaris jenderal PBB, Antonio Guterres menyatakan dalam pidatonya bahwa serangan yang dilakukan Hamas tidak terjadi tanpa latar belakang. Rakyat Palestina telah mengalami pendudukan oleh Israel selama 56 tahun. Mereka mengalami sendiri kekerasan oleh Israel dan bagaimana tanah air mereka dianeksasi secara terstruktur menyisakan wilayah tepi barat yang semakin lama semakin sedikit (Nichols, 2023b).

Konflik Palestina dan Israel tidak dimulai dari 7 Oktober 2023 tetapi dimulai sejak tahun 1948 saat peristiwa Nakba. Pada waktu itu, terjadi pembersihan etnis yang mengakibatkan 750.000 orang Palestina terusir dari tanah airnya dan 500 kota dan desa dihancurkan oleh zionis Israel. Pada tahun itu pula, negara Israel dideklarasi pendiriannya (OHCHR; AlTaher & Jarallah, 2023).

Dalam Hukum Humaniter Internasional, Israel dianggap sebagai “Penguasa Pendudukan” di “Wilayah Pendudukan” Tepi Barat dan Jalur Gaza yang mereka duduki sejak tahun 1967. Perilaku Israel sebagai penguasa pendudukan diatur oleh dua instrumen internasional utama yang berkaitan dengan perlakuan terhadap warga sipil selama perang dan di wilayah yang diduduki: Konvensi Den Haag 1907 (IV) Mengenai Hukum dan Kebiasaan Perang di Darat, dan Konvensi Jenewa Keempat Tahun 1949 tentang Perlindungan Orang Sipil pada Waktu Perang (Human Rights Watch, 2021).

Serangan balasan yang dilakukan oleh Israel dengan membombardir wilayah Gaza secara tidak pandang bulu dan memakan nyawa puluhan ribu warga sipil merupakan bentuk pelanggaran terhadap Hukum Humaniter Internasional. Selain itu, Israel juga melakukan pelanggaran berupa hukuman kolektif, menghalangi penyediaan makanan, air, listrik dan bahan bakar ke daerah pendudukan, penggunaan fosfor putih, hingga pemindahan penduduk paksa secara kolektif atau individual dari dan di dalam wilayah pendudukan (Reuters, 2023; Yerushalmy, 2023; Amnesty International, 2023; The Times of Israel, 2023).

Fakta-fakta tersebut memperkuat pandangan bahwa konflik Israel-Palestina bukanlah konflik yang simetri di mana kedua belah pihak memiliki kekuatan yang sama. Israel merupakan negara dengan teknologi militer tercanggih di dunia (Katz, 2017) sedangkan Palestina tidak memiliki angkatan darat, angkatan udara, atau angkatan laut (Institute for Middle East Understanding, 2005). Hal ini didukung dengan sistem apartheid (Amnesty International, 2023a) yang diberlakukan oleh Israel menambah daftar panjang tugas untuk membentuk masyarakat yang demokratis, setara, dan sejahtera.

Pendudukan Israel atas Palestina adalah bentuk kolonialisme dan pembersihan etnis dari pihak penjajah kolonial. Sudut pandang ini bersumber dari perspektif anti-kolonialisme, anti-imperialisme, kemanusiaan, dan hak asasi manusia. Sebagai warga Indonesia yang pernah menderita di bawah penjajahan Portugis, Spanyol, Belanda, Inggris, dan Jepang, sudah seharusnya kita mendukung wacana dekolonisasi. Dekolonisasi sangat penting karena memungkinkan bangsa-bangsa yang sebelumnya dijajah untuk mendapatkan penentuan nasib sendiri, mengakhiri eksploitasi ekonomi, melestarikan budaya dan identitas penduduk asli, menegakkan hak asasi manusia, menyelesaikan konflik, mempromosikan kesetaraan global, menyelesaikan ketidakadilan sejarah, dan membentuk solidaritas untuk dunia yang lebih adil dan berkeadilan yang menghormati hak dan martabat semua individu dan bangsa.

Pendudukan Israel atas Palestina tidak berkaitan dengan agama. Organisasi-organisasi Yahudi sendiri banyak yang menyerukan dukungannya bagi rakyat Palestina, antara lain Jewish Voice for Peace, Jews for Justice for Palestinian, dan Independent Jewish Voices Canada. Penting bagi kita untuk membedakan Yahudi dengan Zionis dan Muslim dengan Hamas dalam kondisi di mana kasus islamophobia dan antisemitisme kian meningkat. Perlu itikad baik dan objektivitas dalam melihat konflik ini untuk mencapai pembebasan dalam rangka mewujudkan satu negara sekuler di mana Muslim, Yahudi, Kristen, Druze, Samaritan, dan kepercayaan lain, termasuk orang-orang tidak beragama dapat hidup dalam perdamaian. Untuk memulai langkah ini, Israel sebagai penguasa pendudukan harus mampu untuk bersikap adil dengan melakukan demiliterisasi, menghapuskan sistem apartheid, mengembalikan properti rakyat palestina yang dianeksasi oleh Israel, menjamin hak kembali bagi pengungsi Palestina yang tersebar di seluruh dunia, hingga menyeret penjahat perang dari kedua belah pihak ke International Criminal Court.

Sumber:

AlTaher, N., & Jarallah, J. (2023, May 15). Nakba Day: Hundreds of Palestinian villages destroyed during the creation of Israel. The National. https://www.thenationalnews.com/mena/2023/05/15/nakba-day-lifta-palestine-israel/

Amnesty International. (2021b, July 29). Israel’s Occupation: 50 Years of Dispossession. https://www.amnesty.org/en/latest/campaigns/2017/06/israel-occupation-50-years-of-dispossession/

Amnesty International. (2023, November 1). Lebanon: Evidence of Israel’s unlawful use of white phosphorus in southern Lebanon as cross-border hostilities escalate. https://www.amnesty.org/en/latest/news/2023/10/lebanon-evidence-of-israels-unlawful-use-of-white-phosphorus-in-southern-lebanon-as-cross-border-hostilities-escalate/

Amnesty International. (2023a, June 23). Israel’s apartheid against Palestinians. https://www.amnesty.org/en/latest/campaigns/2022/02/israels-system-of-apartheid/

Human Rights Watch. (2021). The Obligations of Israel and The Palestinian Authority Under International Law. https://www.hrw.org/. Retrieved November 10, 2023, from https://www.hrw.org/reports/2001/israel/hebron6-04.htm#:~:text=Under%20International%20Humanitarian%20Law%2C%20Israel,captured%20during%20the%201967%20war.

Independent Jewish Voices Canada. (n.d.). About IJV. Retrieved November 10, 2023, from https://www.ijvcanada.org/about-ijv/

Institute for Middle East Understanding. (2005, November 27). What is the military capability of the Palestinian Authority? | IMEU. imeu.org. Retrieved November 10, 2023, from https://imeu.org/article/what-is-the-military-capability-of-the-palestinian-authority

Jewish Voice for Peace. (2023, November 3). Home – JVP. JVP. https://www.jewishvoiceforpeace.org/

Jews for Justice for Palestinian. (n.d.). Who Jews for Justice for Palestinian are? jfjfp.com. Retrieved November 10, 2023, from https://jfjfp.com/what-we-believe/ 

Jobain, N., Jeffery, J., & Keath, L. (2023, November 7). Israel – Hamas war: Palestinian death toll passes 10,000 | AP News. AP News. https://apnews.com/article/israel-hamas-war-news-11-6-2023-51286d15dddd77ae0dd7ea76ee52bc71

Katz, Y. (2017, January 29). Why Israel has the most technologically advanced military on Earth. New York Post. https://nypost.com/2017/01/29/why-israel-has-the-most-technologically-advanced-military-on-earth/

Nichols, M. (2023b, October 25). UN chief rejects Israel accusations he justified Hamas attacks. Reuters. https://www.reuters.com/world/un-chief-says-false-accuse-him-justifying-hamas-attacks-2023-10-25/

OHCHR. (n.d.). UN expert warns of new instance of mass ethnic cleansing of Palestinians, calls for immediate ceasefire. https://www.ohchr.org/en/press-releases/2023/10/un-expert-warns-new-instance-mass-ethnic-cleansing-palestinians-calls

Reuters. (2023, October 12). UN experts say Israel’s strikes on Gaza amount to “collective punishment.” Reuters. https://www.reuters.com/world/un-experts-say-israels-strikes-gaza-amount-collective-punishment-2023-10-12/

Reuters. (2023b, November 10). Israel revises Hamas attack death toll to “around 1,200.” Reuters. https://www.reuters.com/world/un-experts-say-israels-strikes-gaza-amount-collective-punishment-2023-10-12/

The Times of Israel. (2023, November 7). Thousands of Gazans waving white flags head south along IDF evacuation route. Retrieved November 10, 2023, from https://www.timesofisrael.com/thousands-of-gazans-waving-white-flags-head-south-along-idf-evacuation-route/

Yerushalmy, J. (2023, October 17). Crisis in Gaza: why food, water and power are running out. The Guardian. https://www.theguardian.com/world/2023/oct/17/crisis-gaza-why-food-water-power-running-out

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *