Kemanusiaan yang adil dan beradab

Humanesia adalah kumpulan orang dan penduduk Indonesia yang terbuka pada Humanisme sebagai suatu sikap hidup dan pandangan dunia. Kami berasal dari beragam latar belakang dan dipersatukan oleh visi tentang Indonesia yang lebih beradab, berakal sehat, dan merayakan kebhinnekaan.

Humanesia tidak berpegang pada dogma atau ideologi, melainkan menghayati kemanusiaan untuk mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kami berjuang memajukan budaya kepedulian dan welas asih, pemikiran kritis dan keputusan yang beralas bukti, serta kebebasan dalam seni, sains, dan jurnalisme.

Humanesia mulai berkumpul secara rutin pada akhir tahun 2019. Kami termotivasi oleh keinginan untuk menjalani kehidupan yang bermakna dan berdampak kendati kurang beriman. 

Setelah menyadari kesamaan nilai Humanis dan kepedulian bersama pada Indonesia, kami lalu memilih nama Humanesia. Kami pun merancang lambang berdasarkan happy human, ikon yang dipakai banyak organisasi Humanis di seluruh dunia. Kami mendaftarkan merek dan diterima pada 2020.

Selama pandemi Covid-19, kami menyiapkan kanal-kanal digital, mulai berjejaring, lalu menyelenggarakan kegiatan daring. Semuanya dilakukan secara mandiri, patungan, dan sukarela.

Pandemi pun lewat dan, di tengah tantangan dan kesulitan, kami masih bertahan. Kami terus mengadakan diskusi-diskusi baik terbatas maupun untuk umum, dengan pembicara dari dalam dan luar negeri.

Pada tahun 2024, hampir lima tahun sejak digagas, Humanesia mengajukan diri dan kemudian dikukuhkan menjadi anggota dari Humanists Internasional, lembaga payung global untuk gerakan humanis.

Humanesia berangan-angan “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab” yang bukan sekedar semboyan.

Untuk itu, Humanesia ikut serta dalam upaya:

  • Mendorong pencerdasan kehidupan bangsa dengan mengembangkan akal sehat dan menangkal pembodohan.
  • Mendukung pengambilan keputusan beralas bukti; menolak kebijakan berlandaskan asumsi tidak teruji.
  • Menegakkan keadilan sejak dalam pikiran; melawan penindasan, pengekangan, dan penghisapan; menolak uang, kedudukan, dan kekuasaan sebagai tujuan akhir.
  • Merayakan keberagaman, memperjuangkan kesetaraan, dan melawan diskriminasi yang berdasarkan agama atau keyakinan.
  • Menyelidiki, dengan data dan kajian, sebaik-baiknya cara untuk menyelamatkan manusia, hewan, dan lingkungan alam dari penderitaan, kepunahan, dan kehancuran.

The Happy Human adalah simbol Humanisme yang diakui secara internasional. Awalnya dirancang oleh Dennis Barrington pada tahun 1965, simbol ini dipilih melalui sebuah kompetisi yang diselenggarakan oleh British Humanist Association. Sejak itu, simbol ini telah digunakan secara luas di seluruh dunia, baik dalam bentuk aslinya maupun diadaptasi untuk mencerminkan identitas organisasi masing-masing.

Di Humanesia, logo kami menghadirkan reinterpretasi The Happy Human dengan desain yang simpel dan modern. Warna biru tua melambangkan dedikasi kami terhadap nilai-nilai dan isu-isu humanisme, sementara warna krem mencerminkan pendekatan kami yang membumi dan penuh kasih dalam mendorong pemahaman dan kemajuan.

Pengurus

Adam Pantouw

Adam bekerja di bidang bahasa, hukum, dan hak asasi manusia. Ia percaya bahwa kita, bersama-sama, memiliki bekal dan tanggung jawab untuk membuat masyarakat Indonesia lebih setara dan untuk membuat lingkungan alamnya lebih lestari terjaga.

Difa Kusumadewi

Difa bekerja di bidang sains, teknologi, dan masyarakat. Ia percaya bahwa sains dapat berkontribusi ke kehidupan masyarakat dan bahwa masyarakat dapat berkontribusi ke perkembangan sains. Difa memiliki minat pada hubungan etika dan teknologi.